MODUL
SOSIOLOGI
Kompetensi Dasar
3.4. Menganalisis konflik sosial dan cara memberikan respons untuk
melakukan resolusi konflik demi terciptanya kehidupan yang
damai di masyarakat.
4.4. Memetakan konflik untuk
dapat
melakukan resolusi konflik dan
menumbuhkembangkan perdamaian di masyarakat.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
HAKIKAT DAN TEORI KONFLIK SOSIAL
A. Ringkasan Materi
1. Definisi Konflik
Sosial
Konflik
sosial yang terjadi di masyarakat sangat beragam, baik antara individu dengan
individu,
individu dengan
kelompok,
maupun
kelompok
dengan kelompok.
Konflik berasal
dari Bahasa Latin,
yaitu configure
yang artinya saling
memukul.
Beberapa
pendapat ahli tentang definisi konflik sosial
antara lain:
a. Soerjono Soekanto
Konflik adalah
suatu
proses
sosial
individu atau
kelompok
manusia
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai
ancaman
dan/atau
kekerasan.
b. Robert M.Z. Lawang
Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan di mana tujuan mereka
tidak
hanya memperoleh keuntungan,
tetapi juga untuk
menundukkan saingannya.
c. Berstein
Konflik adalah suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik
ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif saat melakukan interaksi dengan orang
lain.
d. Ensiklopedia Nasional Indonesia
Menguraikan bahwa konflik muncul karena
adamya benturan antara
dua unsur
dalam masyarakat yang mengharuskan salah satunya berakhir.
Dalam konflik
sosial terdapat beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para tokoh.
Pandangan tersebut berusaha mengidentifikasi konflik sosial. Beberapa pandangan mengenai konflik sosial yang
dikutip dari Haryanto (2011) dapat kalian baca
pada penjelasan selanjutnya.
a. Robbin
Robbin memandang konflik menjadi tiga
bagian. Ketiga bagian tersebut antara lain:
1) Pandangan Tradisional
Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik merupakan hal yang buruk, bersifat
negatif,
merugikan,
dan harus dihindari. Konflik ini
merupakan
hasil
disfungsional
akibat komunikasi yang
kurang baik dan kurang
keterbukaan
antara individu
dalam masyarakat.
2) Pandangan Hubungan Manusia
Pandangan ini menyatakan bahwa
konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang
wajar terjadi dalam kelompok atau organisasi di masyarakat.
Dalam kelompok
atau organisasi pasti terjadi perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik.
Oleh karena itu konflik harus dijadikan motivasi untuk melakukan perubahan
dalam suatu kelompok atau organisasi.
3) Pandangan Interaksionis
Pandangan ini cenderung mendorong munculnya konflik dalam kelompok atau
organisasi. Menurut pandangan ini, konflik perlu
dipertahankan untuk
menumbuhkan sikap kritis, kreatif, dan semangat dalam sebuah kelompok atau
organisasi.
b. Stoner dan
Freeman
Stoner dan Freeman memberikan dua pandangan mengenai konflik sosial yaitu:
1) Pandangan Tradisional
Pandangan
ini menganggap bahwa konflik dapat
dihindari dengan
cara meminimalisasikan munculnya
konflik dalam sebuah kelompok atau organisasi.
2) Pandangan Modern
Pandangan
ini menjelaskan
bahwa konflik tidak dapat dihindari. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti strustur organisasi, perbedaan tujuan,
perbedaan persepsi, nilai-nilai,
dan
sebagainya.
c. Myers
Menurut Myers pandangan terhadap konflik sosial dibagi menjadi dua,
yaitu:
1) Pandangan Tradisional
Pandangan ini menganggap konflik sebagai sesuatu
yang buruk dan harus dihindari.
Dalam pandangan ini menghindari
adanya
konflik
karena dinilai
sebagai faktor
penyebab pecahnya
suatu
kelompok atau organisasi.
2) Pandangan Kontemporer
Pandangan ini menganggap konflik merupakan suatu yang tidak dapat dihindari sebagai konsekuensi adanya
interaksi manusia.
2. Faktor Penyebab
Terjadinya Konflik
Sosial
Penyebab terjadinya
konflik
sosial dalam
masyarakat dilatarbelakangi beberapa faktor, diantaranya:
a. Adanya perbedaan
antarindividu
b. Adanya perbedaan latar
belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi yang
berbeda–beda.
c. Adanya
perbedaan kepentingan antara
individu
dengan kelompok.
C. Teori–teori Konflik Sosial
1. Teori Konflik
Menurut Lewis A. Coser
Menurut Coser, konflik yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya kelompok lapisan bawah
yang semakin mempertanyakan legitimasi
dari keberadaan distribusi
sumber–sumber langka
(Ranjabar,
2013). Coser menilai bahwa
konflik tidak selalu bersifat negatif, namun konflik dapat mempererat dan menjalin kerukunan
dalam suatu
kelompok.
Suatu kelompok
dapat
berlangsung lama atau
cepat dapat
dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Dikutip dari Ranjabar (2013), ada tiga faktor yang
mempengaruhi lama
tidaknya suatu konflik di masyarakat,
yaitu:
a.Luas sempitnya
tujuan konflik
b. Adanya
pengetahuan maupun kekalahan dalam konflik
c. Adanya peranan pemimpin dalam memahami biaya konflik dan
persuasi
pengikutnya.
Konflik dapat menjaga hubungan antarkelompok dan
memperkuat kembali identitas kelompok.
Adapun manfaat konflik menurut
Coser
adalah:
a. Konflik dapat menjadi media
untuk berkomunikasi.
b. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok.
c. Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas di dalam kelompok tersebut dan
solidaritas
tersebut
dapat
mengantarkan
kepada
aliansi dengan
kelompok lain.
d. Konflik menyebabkan anggota
masyarakat
yang terisolasi menjadi berperan aktif.
Coser mengelompokkan konflik sosial menjadi dua macam, yaitu konflik realistis
dan konflik non–realistis.
a. Konflik Realistis
Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konflik realistis ialah konflik yang berasal dari
kekecewaan
individua atau kelompok
atas tuntutan maupun
perkiraan–
perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan sosial. Contoh konflik realistis,
misalnya para karyawan yang melakukan pemogokan
kerja melawan manajemen perusahaan sebagai aksi menuntut kenaikan gaji.
b. Konflik Non–Realistik
Konflik non-realistis
merupakan
konflik
yang bukan
berasal dari
tujuan–tujuan saingan yang bertentangan, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan
(Haryanta, 2012). Sebagai contoh konflik non–realistis ialah pada masyarakat buta
huruf ada ilmu
gaib yang digunakan untuk melakukan pembalasan.
2. Teori Konflik
Menurut Karl Marx
Karl Marx
memiliki pandangan tentang konflik
sosial sebagai pertentangan kelas. Masyarakat yang
berada dalam konflik dikuasai oleh kelompok dominan. Adanya pihak
yang lebih dominan muncul pihak yang berkuasa dengan pihak yang dikuasai. Kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda atau bertentangan sehingga dapat menimbulkan konflik.
Fakta–fakta menurut pandangan teori Karl Marx (Ranjabar,
2013) antara lain:
a. Adanya struktur kelas dalam masyarakat
b. Adanya kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-orang yang
berada dalam kelas yang berbeda.
c. Adanya
pengaruh
yang besar dilihat
dari kelas
ekonomi terhadap
gaya hidup
seseorang.
d. Adanya
berbagai
pengaruh dari
konflik kelas
dalam
menimbulkan perubahan struktur sosial.
Karl Marx dikutip
dari Haryanto (2011), menguraikan tentang adanya kelas
objektif. Kelas ini dapat dibagi atas kepentingan manifes dan kepentingan laten. Oleh
karena itu, setiap sistem sosial harus dikoordinasi dan mengandung kepentingan laten yang
sama. Kelompok tersebut biasa dikenal dengan istilah kelompok
semu. Dalam
Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kelompok semu adalah
kelompok yang terdiri atas orang–orang yang sifatnya sementara, tanpa struktur, ikatan, kesadaran, dan aturan.
Kelompok semu ini terdiri atas kelompok yang menguasai dan kelompok yang dikuasai.
3. Teori Konflik
Menurut Ralf Dahrendorf
Bagaimana pendapat Dahrendorf mengenai konflik sosial?
Pada awalnya, Dahrendorf melihat
teori
konflik sebagai
teori parsial yang digunakan untuk menganalisis fenomena
sosial. Dahrendorf melihat masyarakat
memiliki dua sisi yang
berbeda,
yaitu konflik
dan kerja
sama. Berdasarkan
pemikiran tersebut,
Dahrendorf menyempurnakan dan
menganalisis dengan fungsionalisme struktural, agar mendapat
teori konflik yang lebih baik.
Dehrendorf menggunakan teori perjuangan kelas Marxian untuk
membangun teori kelas
dan pertentangan kelas dalam masyarakat industri kontemporer.
Perjuangan kelas dalam
masyarakat
moderen berada pada pengendalian kekuasaan.
Dehrendorf mengkomunikasikan
pemikiran fungsional mengenai struktur
dan
fungsi masyarakat dengan teori konflik antarkelas sosial. Dehrendorf tidak memandang
masyarakat sebagai sebuah hal yang
statis, namun dapat berubah oleh adanya konflik di
masyarakat.
Latihan Soal
I. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Jelaskan definisi konflik menurut Soerjono Soekanto!
2. Jelaskan pandangan hubungan manusia menurut Robbin!
3. Jelaskan pandangan tradisional
menurut Myers!
4. Sebutkan faktor-faktor penyebab konflik!
5. Menurut
Coser, konflik dapat berlangsung
lama atau cepat
dipengaruhi
oleh
beberapa faktor. Sebutkan ketiga faktor
tersebut!
6. Menurut Coser,
konflik dapat
menjaga hubungan antarkelompok dan memperkuat
kembali identitas
kelompok. Sebutkan
manfaat konflik menurut
Coser!
7. Jelaskan teori konflik menurut Karl
Marx!
8. Bagaimanakah pendapat Dehrendorf mengenai konflik sosial?
KEGIATAN PEMBELAJARAN
2
KLASIFIKASI KONFLIK SOSIAL
A. Ringkasan Materi
Macan–macam konflik sosial dapat diklasifikasikan atas dasar pendapat beberapa
ahlil dan kriteria tertentu. Tahukah kalian
mengenai berbagai macam konflik sosial yang ada dalam masyarakat?
Untuk menambah pemahamanmu, ayo
pelajari materi berikut!
1. Menurut Ranjabar (2013)
Menurut Ranjabar (2013), konflik sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Konflik Individual
Konflik dalam individu ini bisa diartikan sebagai konflik yang terjadi
dalam mental atau diri seseorang karena suatu
hal. Hal ini bisa berupa pilihan yang
berbeda dengan
kata hati. Pada umumnya konflik individu lebih bersifat
informal, tersembunyi,
melakukan tindakan negatif, melakukan sabotase, dan lain sebagainya. Contohnya
seseorang
yang menyesal
bekerja
sebagai kriminal
untuk
memenuhi kebutuhan
keluarganya. Dalam diri orang tersebut, ia mengalami konflik antara nilai moral diri
dengan tekanan ekonomi yang harus dipenuhi.
b. Konflik Kolektif
Konflik kolektif merupakan suatu konflik yang melibatkan banyak orang, serta
memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Pada umumnya, konflik ini memiliki
dorongan yang
lebih kuat bila dibandingkan
dengan konflik individu. Individu yang berada
dalam suatu konflik biasanya
memiliki
solidaritas dan kebersamaan
yang
kuat. Konflik ini memiliki jumlah anggota banyak dan memiliki tingkat emosi yang sangat tinggi dan sifatnya sangat
rumit bila
dibandingkan dengan konflik individu.
2. Menurut Ralp Dahrendorf
Ralp Dehrendorf membedakan konflik sosial ke
dalam bentuk:
a. Konflik Peran
konflik peran merupakan
suatu kondisi dimana
seseorang
mendapati kenyataan yang berlawanan dengan perannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, peran seorang
pekerja
yang dituntut untuk
mengerjakan sesuatu
yang
bukan tanggung jawabnya.
b. Konflik Kelompok Sosial
konflik antara kelompok sosial terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dalam upayanya mencukupi kebutuhan kelompok tersebut. Contoh konflik antar kelompok
sosial adalah
konflik
antara kelompok propemerintah
dan kelompok yang
tidak terorganisir.
c. Konflik antarkelompok
yang terorganisir
dan
kelompok yang tidak
terorganisir
Konflik ini biasanya terjadi saat unjuk rasa. Dimana polisi sebagai kelompok yang terorganisir
d. Konflik antarsatuan nasional
Konflik ini disebut juga konflik antarkepentingan organisasi. Misalnya politik tingkat
RT, RW,
Desa,
hingga tingkat nasional.
e. Konflik antaragama
Konflik ini sering terjadi pada zaman dahulu saat kondep toleransi
belum diindahkan.
Menurut H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi yang dikutip dari Ranjabar (2013), macam–macam konflik dapat diklasifikasikan dalam beberapa
aspek, yaitu:
1. Konflik
Berdasarkan
Tujuan Organisasi
Konflik sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan organisasi. Tahukah kalian macam–macam konflik sosial menurut hubungan dengan tujuan organisasi?
a. Konflik Fungsional
Konflik fungsional merupakan
konflik yang
mendukung tercapainya
tujuan
organisasi dan bersifat konstruktif. Konflik ini sangat dibutuhkan dsalam organisasi.
Dalam konflik inidapat
memperbaiki kinerja kelompok
apabila dikelolah
dan
dikendalikan dengan baik. Contoh konflik fungsional, misalnya ada sebuah kasus di
mana seorang
manajer perusahaan menghadapi masalah tentang pengalokasian dana untuk
meningkatkan penjualan produk.
b. Konflik Disfungsional
Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2010), disfungsional merupakan
suatu kegiatan
atau organisasi yang
memiliki disfungsi ketika beberapa dampak dapat menghambat organisasi sosial
lainnya. Jika suatu kegiatan
atau organisasi sosial mengalami disfungsional,
tidak
dipungkiri juga
dapat menimbulkan
konflik. Konflik
disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak). Konflik disfungsional tidak
dapat dihindari karena keberadaan konflik ini pasti ada dalam setiap
organisasi atau masyarakat. Konflik
disfungsional dapat merugikan semua pihak, individu, kelompok, dan organisasi.
2. Konflik
Berdasarkan
Posisi
Pelaku yang Berkonflik
Konflik
sosial
yang ada di masyarakat sangat beragam,
salah
satunya dapat diklasifikasikan menurut
hubungan dengan
posisi pelaku
yang berkonflik.
Adapun
macam konflik sosial
tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Konflik Vrtikal
Konflik vertikal adalah konflik antar satu pihak dengan pihak dalam suatu
struktur organisasi yang mempunyai derajat kedudukan yang tidak sama. Berikut contoh dari
konflik vertikal.
a) Konflik antara atasan dengan bawahan
dalam suatu instansi.
b) Konflik antara
buruh
dengan majikan dalam suatu perusahaan
b. Konflik
Horizontal
Konflik horizontal adalah konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara dua
pihak atau lebih yang mempunyai kedudukan sederajat. Contohnya antara
lain:
a) Konflik antara suku
yang satu dengan suku yang lain dalam suatu negara.
b)
Konflik antara
umat agama
yang satu dengan umat
agama
lainnya
c) Konflik antara parpol
yang satu dengan parpol
yang lain
Menurut Ranjabar (2013), konflik horizontal
dapat dipicu oleh beberapa hal berikut:
1) Adanya kecemburuan
yang bersumber
pada ketimpangan ekonomi
antarkaum pendatang dengan penduduk lokal.
2) Adanya
sikap saling mengklaim terhadap sumber dana yang semakin terbatas.
3) Adanya
dorongan emosional
kesukuan karena ikatan norma
tradisional.
4) Munculnya sikap yang berlebihan antarpemeluk agama.
5) Mudah dipengaruhi oleh provokator kerusuhan.
c. Konflik Diagonal
Menurut Ranjabar (2013) konflik dibedakan menjadi tiga, yaitu konflik
vertical, konflik horizontal, dan
konflik diagonal. Dalam suatu organisasi terjadi ketidakadilan
sumber daya sehingga menimbulkan –pertentangan atau konflik yang ekstrim.
Pertentangan itulah yang dinamakan konflik
diagonal. Sebagai contohnya kasus
konflik antara pemerintah dan warga sekitar karena adanya perilaku yang
tidak adil atas alokasi sumber daya ekonomi oleh pemerintah pusat.
3. Konflik Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
Konflik
berdasarkan
sifat
pelaku
dapat dibedakan
menjadi dua,
yaitu konflik terbuka
dan konflik tertutup
(Ranjabar 2013).
a. Konflik Terbuka
Konflik
terbuka merupakan
konflik yang diketahui oleh
semua pihak atau
masyarakat
dalam
suatu negara. Kalian pasti
pernah
mendengar
berita tentang
konflik Israel dan Palestina. Bagaimana tanggapan kalian mengenai konflik tersebut?
Konflik Israel dan Palestina merupakan
contoh konflik terbuka. Hal ini dikarenakan konflik tersebut diketahui oleh semua pihak,
termasuk
Indonesia. Bahkan,
masyarakat Indonesia melakukan penggalangan dana
untuk
membantu
korban konflik tersebut.
Selain konflik Israel, kalian juga bisa mengamati contoh konflik lainnya yang sifatnya terbuka
di lingkungan sekitarmu.
b. Konflik Tertutup
Konflik tertutup
merupakan kebalikan dari konflik terbuka. Dalam konflik terbuka diketahui oleh semua pihak, sedangkan konflik tertutup
hanya diketahui oleh pihak
yang terlibat
dalam konflik
tersebut.
Dalam konflik tertutup,
pihak yang
tidak
terllibat konflik tidak tahu
jika
terjadi
konflik. Sebagai contohnya konflik
intern
sekolah sehingga
pihak luar
tidak tahu
adanya konflik.
4. Konflik
Berdasarkan Waktu
Konflik sosial berdasarkan waktu
dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Konflik Sesaat (Konflik Spontan)
Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu yang
singkat atau sesaat saja karena adanya
kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Konflik sesaat dapat berakhir pada
saat adanya penjelasan
antara pihak yang
berkonflik.
Sebagai contohnya konflik
antara dua peserta didik yang berbeda argumen saat berdiskusi. Saat itu, mereka
memegang teguh
argumen
masing–masing
sehingga dapat menimbulkan
konflik. Namun, konflik tersebut hanya terjadi pada saat diskusi saja. Setelah selesai diskusi,
mereka tetap
berteman dan tidak terjadi konflik lagi.
b. Konflik Berkelanjutan
Konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan.
Dalam penyelesaian konflik ini harus
melalui berbagai proses
dan tahapan yang
rumit. Apabila konflik ini sudah selesai, tidak menutup
kemungkinan dapat muncul
Kembali konflik sebagai kelanjutan dari konflik dari konflik yang terdahulu. Salah satu
contoh konflik berkelanjutan ialan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Selain konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, kamu juga dapat menyebutkan contoh lainnya yang ada di lingkungan sekitarmu.
5. Konflik
Berdasarkan
Pengendalian
Konflik sosial juga dapat dibedakan berdasarkan pengendaliannya. Tahukah kalian apa saja konflik yang dimaksud?
a. Konflik Terkendali
Menurut Ranjabar (2013), konflik terkendali merupakan suatu konflik di mana para pihak yang terlibat dapat dengan mudah mengendalikan konflik sehingga konflik tidak meluas dan cepat selesai. Sebagai contoh, konflik yang terjadi saat rapat OSIS.
Pada rapat tersebut terjadi beberapa
pendapat untuk mengembangkan organisasi
tersebut, sehingga terjadi perbedaan pendapat yang berujung pada konflik.
Namun, adanya ketua OSIS dapat meredam konflik tersebut dengan memberikan solusi yang
bijak. Oleh karena itu,
konflik dalam rapat OSIS dapat
dikendalikan dengan baik.
b. Konflik Tidak Terkendali
Konflik tidak terkendali
merupakan konflik di mana pihak yang terlibat tidak dapat
mengendalikan konflik tersebut
sehingga akibatnya dapat meluas. Konflik yang tidak
terkendali dapat
menyebabkan
munculnya kekerasan.
Contoh
konflik tidak
terkendali, seperti tawuran, demonstrasi yang berakhir ricuh, dan lain sebagainya.
5. Konflik
Berdasarkan
Sistematika Konflik
a. Konflik Nonsistematis
Konflik nonsistematis memiliki sifat yang acak, dimana terjadi secara spontanitas dan
tidak ada tujuan yang
dicapai. Dalam
konflik ini
pihak yang
berkonflik tidak
melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Salah satu contoh
konflik nonsistematis ialah
tawuran pelajar.
b. Konflik Sistematis
Konflik sistematis merupakan kebalikan dari konflik nonsistematis, di mana konflik tersebut telah direncanakan secara
sistematis dan memiliki
tujuan yang ingin dicapai.
Dalam konflik ini, pihak yang berkonflik melakukan analisis kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dilakukan
dengan cermat, hati–hati,
dan sistematis. Setiap
tingkah
laku
dari salah satu
pihak
dianalisis secara cermat
dan hati–hati
agar
memperoleh keuntungan bagi pihak lainnya.
Cermati gambar di bawah! Apa yang dapat kamu pahami setelah melihat gambar tersebut? Gambar
di bawah
merupakan zaman penjajahan
di Indonesia.
Sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat, seperti Spanyol, Jepang, dan Belanda. Berbagai taktik
digunakan oleh bangsa Barat untuk
mengeksploitasi sumber daya di Indonesia. Penjajahan bangsa Barat di Indonesia merupakan salah satu konflik sistematis.
Latihan Soal
I. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Jelaskan bentuk konflik
individu dan kolektif menurut Ranjabar!
2. Jelaskan konflik
peran menurut
Ralph Dehrendorf!
3. Jelaskan mengapa
konflik fungsional dibutuhkan dalam sebuah organisasi?
4. Salah satu konflik berdasarkan tujuan organisasi adalah
konflik disfungsional. Jelaskan pengertian konflik disfungsional!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan konflik diagonal
dan
konflik terbuka!
6. Jelaskan yang dimaksud dengan konflik berkelanjutan!
7. Jelaskan yang dimaksud dengan konflik terkendali!
8. Jelaskan yang dimaksud dengan konflik tidak terkendali!
9. Jelaskan yang dimaksud dengan konflik nonsistematis!
10. Jelaskan yang dimaksud
dengan konflik sistematis!
KEGIATAN PEMBELAJARAN
3
DAMPAK KONFLIK SOSIAL
A. Ringkasan Materi
Konflik yang ada di masyarakat dapat memberikan dampak bagi warga masyarakat.
Apa saja dampak
konflik
sosial bagi masyarakat?
Supaya kalian mengerti tentang
dampak konflik, ayo baca dengan seksama semua materinya.
1. Dampak Positif
Konflik sosial yang kalian temui di lingkungan dapat memberikan dampak positif
bagi
masyarakat.
Menurut
Harskamp
(2005), dijelaskan
bahwa
konflik
yang ada di
masyarakat dianggap sebagai perjuangan dari nilai–nilai
atau status, kekuasaan, dan sumber daya yang
dapat memenuhi fungsi-fungsi positif,
antara
lain:
a. Konflik dapat mendamaikan kelompok–kelompok yang saling bersaing
b. Mengarahkan pihak–pihak yang sedang berjuang untuk mengekspresikan identitas
mereka
sendiri.
c. Mengurangi ketidakpastian dengan menjaga
batas–batas kelompok.
d. Mendorong suatu kelompok untuk mencari nilai–nilai dasar.
Darwin, Freud, dan Mark yang dikutip dari Pruitt (2011), menguraikan fungsi positif
dari adanya konflik adalah sebagai berikut:
a. Memfasilitasi Tercapainya Rekonsiliasi
dari Berbagai Kepentingan
Konflik yang terjadi di masyarakat tidak selalu berakhir dengan kemenangan di salah
satu
pihak yang sedang berkonflik. Namun, konflik dapat berakhir dengan kesepakatan
yang menguntungkan dan memberikan manfaat kolektif kepada dua belah pihak yang
berkonflik. Sebagai contohnya, masalah antara Mesir dan Israel, konflik antara pihak
penjual
dan pihak produksi, dan lain sebagainya.
b. Sebagai Tempat
Awal
Terjadinya Perubahan Sosial
Individu yang
menganggap situasi yang dihadapi tidak adil dan menganggap bahwa
kebijakan yang berlaku saat ini tidak sesuai biasanya akan mengalami pertentangan
dengan aturan yang berlaku sebelumnya. Individu tersebut akan
me;lakukan perubahan sosial.
c. Konflik Dapat Mempererat Persatuan Kelompok.
Menurut Coser
dikutip dari Pruitt (2011)
menujelaskan bahwa
solidaritas kelompok akan menurun jika tidak
ada
kapasitas perubahan sosial dan rekonsiliasi
atas
kepentingan individu yang berbeda.
Oleh
karena itu,
adanya konflik dapat mendorong rasa solidaritas suatu kelompok.
Secara umum dampak positif
dari adanya konflik di masyarakat antara
lain:
a. Konflik dapat
membantu
menghidupkan kembali
norma–norma
lama dan menciptakan norma baru.
b. Konflik
merupakan
jalan
untuk
mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
c. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila
pihak yang
berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.
d. Konflik
dapat memperjelas
aspek–aspek kehidupan
yang belum jelas atau
masih belum tuntas ditelaah.
e. Konflik memungkinkan adanya
penyesuaian kembali norma–norma, nilai–nilai, serta
f. hubungan–hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan dengan kebutuhan
individu
atau kelompok.
g. Konflik
dapat
berfungsi
sebagai sarana
untuk
mencapai
keseimbangan antara
kekuatan–kekuatan
yang ada di dalam masyarakat.
3. Dampak Negatif
Konflik
sosial selain memiliki dampak
positif
juga ada dampak negatif. Adapun
dampak negatif
adanya konflik sosial adalah:
a. Perpecahan
Adanya konflik sosial di masyarakat dapat menimbulkan perpecahan di lingkungan
masyarakat. Sebagai contohnya, konflik antarkelompok dalam pembagian hasil. Salah
satu individu memperoleh
hasil yang
lebih besar
dibandingkan individu lainnya
sehingga muncul konflik. Konflik dalam kelompok tersebut dapat mempengaruhi
kerukunan dan kenyamanan anggota kelompok, bahkan menimbulkan perpecahan antaranggota kelompok. Konflik tersebut muncul karena adanya ketidakadilan dalam
pembagian hasil.
b. Permusuhan
Permusuhan dapat terjadi jika konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik. Konflik tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
Begitu juga dengan permusuhan dapat terjadi pada individu satu
dengan individu yang
lain.
Sebagai
contohnya, konflik antarkelompok dalam memperebutkan tanah. Konflik sengketa tanah seperti
pada gambar di bawah,
dapat menimbulkan permusuhan antarkelompok. Hal ini dikarenakan, antarkelompok saling memperjuangkan hak untuk memperoleh tanah mereka. Oleh karena itu perlu ada pihak ketiga untuk memberi solusi dan mendamaikan konflik tersebut.
c. Kekerasan
Kekerasan
merupakan
suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok, dimana secara fisik maupun verbal menunjukkan
Tindakan agresi dan
penyerangan pada
kebebasan atau
martabat.
d. Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian dalam diri seseorang dapat terjadi akibat adanya konflik. Hal ini dikarenakan adanya gangguan dalam hubungan sosial maupun adanya rasa
kekecewaan dalam diri seseorang. Oleh karena itu, individu yang
mengalami tekanan secara psikologis dapat melakukan perubahan kepribadiannya. Sebagai contohnya,
seorang anak yang
kedua orangtuanya
bercerai.
e. Jatuhnya
Korban
Konflik sosial yang terjadi di masyarakat dapat menjatuhkan korban. Jatuhnya
korban dapat berupa harta benda, berbagai sarana dan prasarana, bahkan nyawa seseorang.
Konflik yang ada
di masyarakat sangat beragam, seperti konflik terbuka, konflik
individual, konflik tertutup, dan
sebagainya, yang sudah kalian pelajari pada kegiatan–
kegiatan pembelajaran
sebelumnya Seperti yang telah diuraikan pada pertemuan
sebelumnya, pihak–pihak
yang berkonflik akan melakukan berbagai cara untuk saling mengalahkan. Bahkan, suatu individua tau kelompok
dapat melukai dan menyerang pihak lawan dengan menggunakan
tindakan kekerasan. Supaya kalian
mengerti tentang perbedaan
konflik dan kekerasan,
ayo baca dengan seksama
semua
materinya.
4. Kekerasan Sebagai Dampak
Konflik Sosial
a. Definisi
Kekerasan
Kekerasan berasal
dari
Bahasa Inggris, yaitu violence yang
artinya
kekuasaan atau berkuasa.
Dalam Kamus
Sosiologi (Haryanta, 2012), kekerasan merupakan
suatu
ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di mana secara fisik maupun
verbal mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada
kebebasan atau
martabat.
Pada umumnya, kekerasan dianggap sebagai tindakan yang merugikan
orang
lain,
seperti pembunuhan, pemukulan,
perampokan, dan sebagainya. Pada dasarnya,
kekerasan
diartikan sebagai
perilaku,
baik disengaja atau
tidak
disengaja yang
ditunjukkan
untuk melukai atau mencederai orang lain,
baik serangan fisik, mental, maupun sosial. Tindakan kekerasan tersebut
tentu
bertentangan dengan nilai dan
norma
yang berlaku di masyarakat.
b. Macam-macam
Kekerasan
Dalam kehidupan masyarakat,
sering dijumpai adanya Tindakan kekerasan. Tindakan
kekerasan sepertinya telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Tahukah kalian
macam–macam kekerasan yang ada di masyarakat?
Adapun macam–macam
kekerasan adalah sebagai berikut:
c. Perbedaan antara Kekerasan dan Konflik Sosial
Dilihat dari bentuknya,
kekerasan dapat dibedakan menjadi:
1) Kekerasan Fisik
Dalam
Kamus
Sosiologi
(Haryanta, 2012),
kekerasan fisik
merupakan
kekerasan
nyata yang dapat dilihat dan dirasakan
oleh tubuh. Wujud
dari kekerasan
fisik
berupa kehilangan Kesehatan, cedera, bahkan
sampai kehilangan
nyawa.
Sebagai
contohnya,
penganiayaan, pemukulan,
pembunuhan,
dan sebagainya.
2) Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural dilakukan oleh individu atau kelompok
dengan menggunakan
sistem, hukum, ekonomi,
dan tata kebiasaan yang ada
di masyarakat. Kekerasan yang
sifatnya
structural
sulit
untuk
dikenali karena menimbulkan
ketimpangan–
ketimpangan pada sumber daya, Pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta
wewenang untuk mengambil keputusan. Adapun pihak yang bertanggung jawab atas
adanya kekerasan structural ialah negara, karena negara memiliki wewenang untuk melakukan perubahan structural dalam masyarakat. Sebagai contohnya, hilangnya
rumah warga
karena lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa
Timur.
3) Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis merupakan kekerasan yang ditujukan pada rohani atau jiwa, sehingga
dapat
mengurangi atau menghilangkan kemampuan jiwa seseorang.
Sebagai contohnya,
kebohongan, ancaman, tekanan, dan lain sebagainya.
a. Berdasarkan Pelakunya
Berdasarkan
pelakunya, kekerasan dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Kekerasan Individual
Kekerasan individual
dilakukan oleh
individu
kepada individu
lainnya. Sebagai
contohnya, kasus pencurian, penjambretan, pemukulan, dan penganiayaan.
2) Kekerasan Kolektif
Berbeda dengan kekerasan individual, kekerasan kolektif dilakukan oleh kelompok atau
massa atau sekelompok individu. Sebagai contohnya, tawuran pelajar, kasus
Sampit, Poso, serta contoh–contoh yang lainnya.
5. Perbedaan antara Kekerasan dan Konflik
Kekerasan yang ada di masyarakat
dapat terjadi beriringan dengan adanya
konflik. Di lingkungan
masyarakat, selalu dijumpai
adanya
konflik. Dengan
demikian,
kamu
harus dapat membedakan
antara konflik dengan kekerasan.
Untuk lebih
jelasnya,
pahami dan cermati tabel di bawah ini!
Perbedaan antara Kekerasan
dan Konflik
No. | Kekerasan | Konflik |
1. | Tidak memiliki tujuan keinginan sesaat. | Memiliki tujuan pesaingnya |
2. | Kedestruktifannya meningkat peradaban. | Memiliki dampak positif |
3. | Agresi jahat yang tidak terprogram biologis. | Hasil proses interaksi sosial yang bersifat |
4. | Bukan pembawaan manusia, memiliki | Sebagai fakta |
Ranjabar (2013)
Setelah membaca tabel
di
atas, kalian dapat menerapkan pengetahuan yang telah kamu
pelajari di lingkungan sekitarmu. Kalian juga mengetahui perbedaan kekerasan dan
konflik yang ada di masyarakat.
Latihan Soal
I. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Sebutkan dampak
positif konflik menurut Harskamp!
2. Sebutkan
fungsi positif konflik menurut
Darwin, Freud, dan Mark!
3. Sebutkan
dampak positif konflik secara umum!
4. Sebutkan
dampak negatif adanya konflik
sosial!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan kekerasan psikologi!
6.Jelaskan perbedaan antara kekerasan dan konflik!
KEGIATAN PEMBELAJARAN
4
RESOLUSI DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL
A. Ringkasan Materi
1. Resolusi Konflik
Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict resolution memiliki pengertian yang berbedabeda. Sedangkan Weitzman dalam Morton and Coleman, mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan
masalah bersama (solve a problem
together). Resolusi konflik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menangani sebab–sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok–kelompok yang
berseteru.
Resolusi konflik
adalah suatu cara individu atau kelompok untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain atau kelompok lain secara sukarela.
Resolusi konflik juga menyarankan penggunaan cara–cara yang lebih demokratis dan
kontruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan kepada pihak–
pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh diri mereka sendiri
atau dengan melibatkan
pihak ketiga yang
bijak, netral, dan adil
untuk membantu pihak– pihak yang
berkonflik guna menyelesaikan masalahnya.
Berikut beberapa
pengertian resolusi konflik yang
dikemukakan oleh para ahli.
1. Levine
Menurut Levine, resolusi
konflik
adalah
Tindakan
mengurai
suatu permasalahan, pemecahan;
atau penghapusan permasalahan.
2. Weitzeman &
Weitzeman
Resolusi
konflik sebagai
sebuah
Tindakan pemecahan masalah Bersama (solve a problem together).
3. Fisher
Resolusi konflik adalah usaha
menangani
sebab–sebab konflik dan
berusaha
membangun hubungan
baru yang bisa tahan
lama
di
antara kelompok–kelompok
yang berseteru.
4. Mindes
Resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang
lainnya,
serta aspek
penting dalam
pembangunan
sosial dan
moral
yang
memerlukan keterampilan dan
penilaian
untuk bernegosiasi, kompromi, serta mengembangkan rasa
keadilan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa resolusi konflik
suatu
cara
individu untuk
menyelesaikan
masalah yang
sedang
dihadapi dengan
individu lain. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian di antara pihak yang
berkonflik. Ada berbagai macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif
resolusi konflik di antaranya
sebagai berikut:
1. Kemampuan Orientasi
Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik dapat meliputi pemahaman individu
tentang konflik dan sikap yang menunjukkan
anti kekerasan, kejujuran, keadilan,
toleransi, dan harga
diri.
2. Kemampuan Persepsi
Kemampuan persepsi merupakan
suatu
kemampuan
seseorang
untuk dapat memahami bahwa setiap individu berbeda, mampu
melihat situasi
seperti
orang lain
melihatnya (rasa
empati), dan tidak menilai orang lain secara sepihak.
3. Kemampuan Emosi
Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengolah berbagai macam emosi, termasu di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi
negatife
lainnya.
4. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengar
orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dngan bahasa yang mudah dipahami,
serta meresume atau Menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke
dalam pernyataan yang
netral atau kurang emosional.
5. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam resolusi konflik, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.
6. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan
memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagai macam alternatif
jalan keluar.
2. Upaya Penyelesaian Konflik
Sosial
Konflik dapat muncul akibat cara pandang
diantara pihak–pihak
yang berkonflik.,
sehingga dengan adanya resolusi
konflik
diharapkan
dapat mengurangi atau menghindari terjadinya konflik. Kondisi seperti ini dapat
menciptakan perdamaian di antara
anggota masyarakat.
Berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik yaitu:
1. Mediasi
Dalam Kamus
Sosiologi
(Haryanta, 2012),
mediasi
adalah upaya penyelesaian
konflik oleh pihak
ketiga, tetapi
tidak
diberikan keputusan yang mengikat. Pihak
ketiga sifatnya
tidak
memihak
salah
satu
pihak
yang berkonflik,
tetapi mencoba
mempertemukan dan mendamaikan kedua belah pihak yang
berkonflik.
Tugas utama pihak
ketiga
adalah menyelesaikan
konflik
secara damai. Pihak
ketiga hanya
sebagai
penasihat
dan
tidak
mempunyai
wewenang untuk memberi
keputusan–keputusan terhadap penyelesaian konflik. Sekalipun nasihat–nasihat piha
ketiga tersebut tidak mengikat
pihak–pihak yang terlibat konflik,
tetapi mediasi
terkadang menghasilkan penyelesaian yang cukup
efektif.
Hal ini karena
mediasi dapat mengurangi Tindakan irasional yang
mungkin timbul dalam sebuah konflik. Sebagai contohnya, AMM
(Aceh
Monitoring
Mission)
yang
mendamaikan antara GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) dan Indonesia.
2. Konsiliasi
Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konsiliasi merupakan suatu usaha untuk
mengendalikan konflik dengan menggunakan lembaga-lembaga tertentu agar pihak
yang berkonflik dapat
berdiskusi mengenai persoalan yang
dipertentangkan. Sebagai
contohnya,
di
suatu perusahaan
ada
pertikaian antara
buruh dan
pengusaha. Kemudian, Departemen Tenaga Kerja mempertemukan pihak buruh dan pengusaha
untuk
duduk
bersama
menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi,
sehingga tercapai suatu kesepakatan damai.
3. Negosiasi
Pernahkah kalian pergi ke pasar dan
membeli sesuatu? Pasti kalian akan melakukan tawar menawar dengan pedagang. Setelah melalui penawaran
yang panjang, akhirnya dicapai kata
sepakat. Kegiatan
tersebut dinamakan
negosiasi.
Dalam penyelesaian konflik sosial
di
masyarakat, juga
dapat dilakukan
melalui proses negosiasi. Negosiasi merupakan merupakan suatu interaksi sosial antara
pihak–pihak
yang
terlibat untuk
saling menyelesaikan
perbedaan
agar
mencapai kata sepakat. Dalam proses ini, kedua
pihak yang berkonflik melakukan
pembicaraan dalam bentuk tawar–menawar
mengenai syarat–syarat
untuk mengakhiri konflik.
4. Arbitrasi
Arbitrasi merupakan suatu upaya menyelesaikan konflik yang
dilakukan
melalui
pihak ketiga
dengan
memberikan
keputusan yang
harus ditaati dan
diterima oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pihak ketiga ini dipilih
oleh kedua belah pihak atau badan berwenang. Apabila tidak dapat menentukan pihak ketiga,
maka pemerintah
akan menunjuk pengadilan sebagai pihak ketiga.
5. Stalemate
Apabila kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang, kemudian berhenti pada
suatu titik dan tidak saling menyerang, maka upaya ini disebut stalemate. Keadaan
ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
Sebagai contohnya, adu senjata antara Amerika
Serikat dan
Uni Soviet pada masa
Perang Dingin (1947–1991) atau ketegangan antara Korea
Utara dan Korea Selatan
di bidang nuklir.
6. Konversi
Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konversi (conversion) merupakan upaya
penyelesaian konflik yang dilakukan
dengan salah satu pihak bersedia mengalah
dan mau menerima pendirian dari pihak lain. Sebagai contohnya, dalam rapat OSIS
terjadi perdebatan antara
ketua dengan wakil ketua OSIS. Ketua OSIS mengalah dan
menerima pendapat wakil ketua OSIS karena
pendapat wakil ketua OSIS dianggap
lebih dapat
membantu untuk kemajuan organisasi tersebut.
7. Ajudikasi
Ajudikasi merupakan upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui lembaga
pengadilan. Penyelesaian konflik menurut
ajudikasi dilakukan melalui jalur huku.
Misalnya,
sengketa
tanah antara
warga
masyarakat
dengan pengusaha
yang
diselesaikan melalui pengadilan.
Latihan Soal
I. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Jelaskan pengertian resolusi konflik!
2. Jelaskan resolusi konflik menurut Fisher!
3. Sebutkan beberapa
kemampuan
dalam menumbuhkan
inisiatif resolusi
konflik!
4. Jelaskan upaya penyelesaian konflik mediasi, konsiliasi, penyelesaian konflik
negosiasi, penyelesaian konflik konversi,
dan
ajudikasi!