BAB II
DASAR-DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
Kompetensi Dasar:
3.2 Memahami dasar-dasar pemetaan, pengindraan jauh, dan
Sistem Informasi Geografis (SIG)
4.2 Membuat peta tematik wilayah provinsi dan/atau salah
satu pulau di Indonesia berdasarkan peta rupa bumi
A. DASAR-DASAR PEMETAAN
1. 1. Pengertian Peta
Peta adalah gambaran konvensional
dari permukaan bumi yang diperkecil sesuai kenampakkannya dari atas. Peta
umumnya digambarkan dalam bidang datar dan dilengkapi dengan skala, orientasi,
dan simbol-simbol. Dengan kata lain, peta adalah gambaran permukaan bumi yang
diperkecil sesuai dengan skala. Supaya dapat dipahami oleh pengguna atau
pembaca, peta harus diberi tulisan dan simbol-simbol.
Menurut RM. Soetardjo Soerjonosoemarno peta
merupakan suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi
yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala. Sedangkan
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005) Peta
merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,
merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada
tahapan dan tingkatan pembangunan.
2. 2. Komponen Peta
Komponen-pet disebut
juga disebut sebagai kelengkapan peta. Komponenkomponen peta dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 1. Komponen Peta
Sumber: https://pemerintahan.malangkota.go.id/
Komponen peta terdiri dari:
a. Judul Peta Judul peta memuat
informasi yang ada di peta, karena itu judul peta merupakan
hal pertama yang dilihat oleh pembaca. Judul peta berguna untuk menggambarkan
isi dan jenis peta yang ditulis dengan huruf kapital. Contoh:
PETA ADMINISTRASI KOTA MALANG
b. Garis Tepi (Border). Garis tepi adalah garis
yang terletak di bagian tepi peta. Garis tepi berguna untuk membantu dalam
pembuatan peta agar terlihat lebih rapi.
c.
Garis Astronomi atau Koordinat berguna untuk
menentukan lokasi suatu tempat yang terdapat pada tepi peta berbentuk angka–angka
koordinat dalam satuan derajat, menit dan detik
|
d. Legenda dan simbol Legenda
Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk
memahami peta. Sedangkan simbol adalah tanda atau gambar yang mewakili
ketampakan yang ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta ketampakannya,
jenis-jenis simbol peta antara lain:
1) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan
tempat ata data posisional. Simbol titik dapat dilihat pada gambar berikut.
|
Sumber:https://brainly.co.id/tugas/15836353
2) Simbol garis, digunakan untuk
menyajikan data yang berhubungan dengan jarak. Gambar simbol garis dapat dilihat pada
gambar berikut.
|
Sumber: https://brainly.co.id/tugas/3499990
3) Simbol area,
digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup
area tertentu. Gambar simbol area dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Simbol Area
Sumber: https://ilmugeografi.com/wp-content/uploads/2017/11/c45d62ed-simbol-area.jpg
e. Inset menunjukan
kedudukan daerah yang dipetakan terhadap daerah sekitarnya yang berfungsi untuk
menjelaskan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di
sekelilingnya. Misalnya : Peta Provinsi
Papua Barat sebagai peta utama, sehingga untuk melihat posisi Provinsi Papua Barat dilihat dari Pulau Irian Jaya.
Gambar 6. Insert Peta
Sumber: http://portalgeograf.blogspot.com/2018/08/komponen-komponen-peta.html
f. Skala
Skala
dapat diartikan sebagai perbandingan jarak yang diukur pada peta
dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi atau di lapangan,
dan pada satuan yang sama.
Skala
pada umumnya dapat dinyatakan dengan tiga cara, yakni:
1.
Skala
numerik atau skala angka, atau skala pecahan.
Skala
ini dinyatakan dengan angka yang berupa perbandingan atau pecahan. Contoh skala
ini misalnya 1 : 25.000 atau dapat dinyatakan 1/25.000. Skala ini menunjukkan
perbandingan, yaitu satu satuan di peta sama dengan 25.000 satuan di lapangan
yang sebenarnya. Misalnya satu satuan bernilai 1 cm, maka skala tersebut
artinya jarak satu cm di peta sama dengan jarak 250 m (0,25 km) di
lapangan.
2.
Skala
verbal.
Skala
ini digunakan untuk peta-peta di Inggris, Amerika, dan Eropa. Skala ini dinyatakan dengan
kata-kata, misalnya 1 inchi to 12 miles artinya jarak satu inchi di
peta mewakili 12 mil di lapangan.
3.
Skala
grafis
Skala
Garis (Line Scale)/Skala Grafik (Graphical Scale) / Skala Batang (Bar Scale)/
Skala Jalan (Road Scale). Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam beberapa bagian
yang sama panjangnya. Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang
sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam meter, kilometer, feet atau mil.
Gambar 7. Skala Grafis
Dengan
penyajian grafik tersebut maka dapat dibaca bahwa jarak antara dua angka di
peta = 100 km di lapangan. Jadi kalau misalnya jarak antara dua angka tersebut
pada grafik masing-masing 2 cm, maka jarak yang sebenarnya di lapangan dari 1
cm di peta sama dengan 50 km di lapangan.
g. Orientasi
Orientasi
merupakan petunjuk arah pada peta yang menunjukan posisi dan arah suatu titik
atau wilayah, biasanya berbentuk tanda panah uang menunjuk ke arah utara.
Gambar
8. Orientasi peta
h. Sumber Data dan Tahun Pembuatan
Sumber
peta menunjukkan sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta. Sementara itu
tahun pembuatan peta dapat membantu pembaca peta untuk menganalisis berbagai
kecenderungan perubahan dari waktu ke waktu dan dapat memberikan informasi
keakuratan data yang digunakan per tahun pembuatan.
Gambar
9. Sumber data Peta
Sumber:
https://yuksinau.co.id/komponen-peta/
i.
Lettering Dan
Warna Peta
Lettering
adalah semua tulisan yang bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk huruf
meliputi huruf kapital, huruf kecil, kombinasi huruf kapital kecil, tegak dan
miring. Penggunaan huruf pada peta:
1)
Huruf Kapital tegak untuk nama Benua, Provinsi.
Contoh: BENUA ASIA, PROVINSI JAWA TIMUR
2)
Huruf kapital miring untuk nama samudera atau lautan. Contoh: SAMUDERA PASIFIK
3)
Huruf kapital-kecil tegak untuk nama
Kota/Kabupaten dan nama wilayah. Contoh: Kota Malang
4)
Huruf kapital-kecil miring untuk nama
sungai, danau dan/atau rawa Sungai
Brantas, Danau Toba
Warna
peta lazim digunakan untuk menonjolkan perbedaan objek pada peta. Penggunaan
warna berbeda itu antara lain terlihat pada hal-hal berikut:
1) Warna
cokelat menggambarkan kenampakan relief permukaan bumi
2) Warna
biru menggambarkan kenampakan wilayah perairan (laut, sungai, danau dan rawa)
3) Warna
hijau menggambarkan kenampakan vegetasi (hutan, perkebunan)
4) Warna
merah dan hitam menggambarkan kenampakan hasil budaya manusia (misal jalan
kota, pemukiman, batas wilayah, pelabuhan)
5) Warna
putih menggambarkan kenampakan permukaan bumi.
1.
Klasifikasi Peta
Peta
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, hal ini tergantung dari dasar
klasifikasi yang digunakan. Berikut akan dikemukakan dua cara untuk
mengklasifikasikan jenis peta, yaitu berdasarkan skala dan isinya.
a.
Berdasarkan
Skalanya
Berdasarkan
skalanya, peta dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu sebagai berikut.
1) Peta
Teknik/Peta Kadaster 1 : 100 sd 1 : 5.000
2) Peta Skala Besar
1 : 5000 sd 1 : 250.000
3) Peta
Skala Sedang
1 : 250.000 sd 1 : 500.000
4) Peta
Skala Kecil
1: 500.000 sd 1:1.000.000
5) Peta Geografi
Lebih kecil dari
1 : 1000.000
b.
Berdasarkan Isinya
Atas dasar isinya, peta dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1) Peta Umum
Peta
umum adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan umum dari permukaan
bumi, baik kenampakan yang bersifat alami maupun buatan manusia.Termasuk dalam
klasifikasi ini adalah peta chorografi. Peta chorografi adalah peta yang
menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih
kecil dari 1 : 250.000, bahkan 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta chorografi
menggambarkan daerah yang luas, misalnya, negara, benua bahkan dunia. Dalam
peta chorografi digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah yang
bersifat umum, seperti pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan
kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain. Atlas adalah
kumpulan dari peta chorografi.
2) Peta Khusus
Peta
khusus sering disebut dengan peta tematik, yaitu peta yang menggambarkan
kenampakan khusus/tema tertentu. ICA mengklasifikasikan peta menjadi tiga
jenis, yaitu Peta topografi (termasuk peta rencana dan peta geografi), chart
dan peta jalan (untuk navigasi dan orientasi), dan peta-peta tematik.
1.
Proyeksi Peta
a. Pengertian
Proyeksi Peta
Proyeksi peta
adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi
dan di peta atau dapat dikatakan bahwa proyeksi adalah suatu sistem garis-garis
parallel dan meredian yang teratur tempat digambarkan suatu peta. Proyeksi
peta dapat disimpulkan sebagai cara memindahkan permukaan bumi yang melengkung
ke bidang datar.
b. Klasifikasi
Proyeksi Peta
1) Berdasarkan
garis karakteristiknya
Garis karakteristik adalah garis
yang merupakan sumbu bidang proyeksi.
Gambar 9. garis
kharakteristik
Keterangan:
A
= Bidang Proyeksi
P
= Garis kharakteristik
Berdasarkan hal ini, proyeksi dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a.
Proyeksi Normal, yaitu proyeksi dengan
garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi.
Gambar 10: Proyeksi
Normal (Raisz Erwin. 1948)
b. Proyeksi
Transversal, yaitu proyeksi dengan garis karakteristik berpotongan tegak lurus
dengan sumbu bumi.
Gambar 11: Proyeksi Transversal
(Raisz Erwin. 1948)
c.
Proyeksi Oblique yaitu proyeksi dengan
garis karakteristik berpotongan secara miring terhadap sumbu bumi.
Gambar 12: Proyeksi
Oblique (Raisz Erwin. 1948)
2) Berdasarkan
sifat asli yang dipertahankan
a.
Proyeksi Ekuivalen, yaitu proyeksi yang
dapat mempertahankan kebenaran mengenai luas (proyeksi equal area).
b. Proyeksi
conform, yaitu proyeksi yang bias mempertahankan kebenaran mengenai bentuk.
c.
Proyeksi equidistant, yaitu proyeksi
yang dapat mempertahankan kebenaran mengenai
jarak.
3) Berdasarkan
bidang proyeksinya.
Berdasarkan
bidang proyeksinya, proyeksi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu proyeksi
azimuthal, proyeksi kerucut, dan proyeksi silinder.
a) Proyeksi
azimuthal (zenithal).
Proyeksi ini,
bidang proyeksinya berupa bidang datar, jadi permukaan bumi diproyeksikan ke
atas suatu bidang datar dari suatu titik sumber proyeksi.
Gambar 13: Proyeksi Azimuthal
(Raisz Erwin. 1948)
Proyeksi azimuthal dapat dibedakan sebagai berikut.
(1)
Proyeksi Azimuthal Gnomonis: sumber
proyeksi terletak di pusat bola bumi, sehingga equator tidak terhingga.
Gambar 14. Proyeksi Azimuthal
Gnomonis (Raisz Erwin. 1948)
(2)
Proyeksi Azimuthal Stereografis: sumber
proyeksi terletak dititik kutub yang berlawanan dengan titik singgung bidang
proyeksi dengan kutub bumi.
Gambar 15. Proyeksi Azimuthal
Stereografis
(3)
Proyeksi Azimuthal Orthografis: sumber
proyeksi terletak pada tempat tak terhinga sehingga sinar berupa garis–garis sejajar.
Gambar 16. Proyeksi Azimuthal Orthografis
b)
Proyeksi kerucut
Konstruksi proyeksi ini diperoleh
dengan cara meletakkan kerucut pada bola bumi dengan menyinggung bola bumi pada
suatu lingkaran.
Gambar 17. Bidang proyeksi kerucut (Raisz Erwin.
1948)
Proyeksi kerucut konstruksinya
bermacam-macam, antara lain proyeksi kerucut sederhana (simple conic) dan
proyeksi kerucut polyconic.
c)
Proyeksi
silinder. Bidang proyeksinya berupa silinder.
Lingkaran–lingkaran meredian dan paralel diproyeksikan menjadi garis–garis
lurus yang saling berpotongan secara tegak lurus. Contoh proyeksi silinder
antara lain proyeksi Mercator dan proyeksi
Gall’s.
A. PENGINDRAAN
JAUH (REMOTE SENSING)
1.
Pengertian Pengindraan Jauh
Berikut
pendapat dari beberapa pakar yakni
sebagai berikut.
a.
Penginderaan
jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah
atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1998).
b.
Penginderaan
jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada
objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari
objek yang diindera. (Sabin 1987).
c.
Penginderaan
jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh
dan menganalisis informasi
tentang bumi. Informasi
itu berbentuk radiasi
elektromagnetik
yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).
d.
Penginderaan
Jauh merupakan kegiatan penafsiran citra penginderaan
jauh berupa pengenalan objek dan elemen yang tergambar pada citra penginderaan jauh serta penyajiannya ke dalam
bentuk peta tematik (Sutanto , 1988).
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan
upaya memperoleh informasi tentang objek dengan menggunakan alat yang disebut
“sensor” tanpa kontak langsung dengan objek, yaitu
cara memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu.
Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan tertentu.
Pada
hakekatnya Penginderaan jauh adalah ilmu tentang perolehan informasi permukaan
bumi tanpa kontak langsung dengan objeknya. Hal ini dilakukan dengan cara
perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses,
menganalisa dan menerapkan informasi tersebut.
2. Komponen
Penginderaan Jauh
Gambar 18. Komponen
Pengindraan Jauh
Sumber:https://www.pustakapengetahuan.com/2019/03/pengertian-penginderaan-jauh-prinsip.html
Penginderaan
jauh terdiri dari serangkaian komponen yang berupa tenaga, objek, sensor, data
(citra), dan pengguna data.
a.
Sumber
Tenaga
Sumber
tenaga dalam penginderaan jauh dapat dibedakan dua macam, yaitu sumber tenaga
alamiah (sistem pasif) maupun sumber tenaga buatan (sistem aktif). Tenaga ini
mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor.
Sistem
pasif adalah sensor penginderaan jauh untuk mendeteksi objek dengan menggunakan
pantulan sinar matahari yang mengenai objek tersebut. Oleh karena menggunakan
energi matahari, sistem pasif hanya bias digunakan pada siang hari. Contoh
sistem pasif adalah sensor Tematic Mapper
dari satelit landsat. Sistem aktif sensor penginderaan jauh untuk mendeteksi
objek dengan menggunakan energi yang dipantulkan dari energi generator yang
mengenai objek teresbut. Contoh sistem aktif adalah laser beam remote sensing sistem, yang mengirim energi dari sensor,
energi akan mengenai objek di permukaan bumi dan dipantulkan kembali ke sensor.
Contoh lain dari sistem aktif adalah radar yang memancarkan gelombang elektromagnetik.
Jumlah
tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi,
dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak
bila dibandingkan dengan jumlah pada pagi atau sore hari. Tempat-tempat di
ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan terhadap tempat-tempat
di lintang tinggi.
b.
Atmosfer
Sebelum
mengenai objek, energi yang dihasilkan sumber tenaga merambat melewati atmosfer. Atmosfer membatasi bagian spektrum
elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh atmosfer
merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang
gelombang.
Atmosfer
bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya sebagian kecil
tenaga elektromagnetik dari radiasi sinar Matahari yang dapat mencapai
permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spektrum
elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi
disebut jendela atmosfer (atmospheric
window).
c.
Interaksi
antara Tenaga dan Objek
Tiap
objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan
tenaga ke sensor. Pengenalan objek pada dasarnya dilakukan dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral objek
yang tergambar pada citra.
Interaksi
antara tenaga atau radiasi dengan objek yang terdapat di permukaan Bumi dapat
dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
a.
Absorption (A), yaitu
proses diserapnya tenaga oleh objek.
b.
Transmission (T), yaitu
proses diteruskannya tenaga oleh objek.
c.
Reflection (R), yaitu
proses dipantulkannya tenaga oleh objek.
d.
Objek
Objek
adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam penginderaan jauh. Objek
meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer dan litosfer. Setiap objek memantulkan
panjang gelombang tertentu sehingga dapat memiliki kenampakan yang berbeda pada
sensor. Sebagai contoh, objek yang tampak lebih cerah adalah objek yang
memancarkan lebih banyak energi ke sensor.
Ada
empat variasi yang dapat digunakan untuk membedakan suatu objek, yaitu:
1)
Variasi
spektral adalah variasi pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik akibat perbedaan panjang gelombang. Umumnya variasi ini
terdapat pada spektrum gelombang tampak, contohnya warna suatu objek.
2)
Variasi
spasial adalah variasi pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik akibat
perbedaan bentuk, ukuran dan tekstur suatu objek.
3)
Variasi
temporal adalah variasi pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik akibat
fungsi waktu, bisa harian atau musiman. Variasi ini dapat digunakan untuk
mengenal tumbuhan.
4)
Variasi
polarisasi adalah variasi pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik
akibat polarisasi. Polarisasi terjadi ketika gelombang elektromagnetik sebagai
gelombang transversal mengalami penyerapan sesuatu arah polarisasinya. Umumnya,
variasi ini terjadi pada spektrum gelombang mikro.
e.
Wahana
Wahana
adalah kendaraan yang berfungsi untuk meletakkan sensor saat dilakukan proses
perekaman. Merekam objek permukaan bumi bisa dilakukandi angkasa maupun di luar
angkasa. Wahana yang digunakan di penginderaan jauh di antaranya balon udara,
pesawat terbang, pesawat ulang- alik, dan satelit. Setiap jenis kendaraan
memiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat terbang memiliki kerincian objek
yang dapat terus ditingkatkan karenapesawat dapat terbang pada ketinggian yang
berbeda, sedangkan satelit memiliki kerincian objek yang bergantung pada pixel karena ketinggian wahana satelit
sudah ditentukan.
Wahana
di angkasa dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1)
Pesawat
terbang rendah sampai medium (Low to
medium altitude aircraft), dengan
ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi.
Citra yang dihasilkan ialah citra foto (foto
udara).
2)
Pesawat terbang tinggi (high altitude
aircraft), dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang
dihasilkan yaitu foto udara dan multispectral
scanners data.
3)
Satelit,
dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang
dihasilkan ialah citra satelit.
f.
Sensor
Tenaga
yang datang dari objek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor.
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu
objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor mempunyai kepekaan
tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik.
Berdasarkan
proses perekamannya sensor dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografi dan
sensor elektrik.
1)
Sensor
Fotografi
Proses
perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan
direkam pada emulsi film yang apabila diproses akan menghasilkan foto. Apabila
pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau balon udara, fotonya disebut foto udara. Apabila pemotretan
dilakukan dari antariksa, fotonya disebut foto
orbital atau foto satelit.
2)
Sensor
Elektronik
Sensor
ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan
perekamannya berupa pita magnetik. Sinyal elektrik yang direkam pada pita
magnetik kemudian diproses menjadi data visual maupun data digital yang siap
diolah.
Lillesand
dan Kiefer (1979) mengemukakan beberapa kelebihan sistem fotografik dan sistem
elektronik. Keuntungan sistem fotografik yakni: (1) caranya sederhana, (2)
tidak mahal, (3) resolusi spasialnya baik, dan (4) integritas geometriknya
baik. Sistem elektronik mempunyai kelebihan dalam hal penggunaan spektrum
elektromagnetik yang lebih luas, kemampuan yang lebih besar dan lebih pasti
dalam membedakan karakteristik spektral objek, dan proses analisis yang lebih
cepat karena digunakannya komputer.
g.
Perolehan
data
Perolehan
data dapat dilakukan dengan cara manual yakni dengan interpretasi secara
visual, dan dapat pula dilakukan dengan cara numerik atau cara digital yaitu
dengan menggunakan komputer. Foto udara umumnya diinterpretasi secara manual,
sedang data hasil penginderaan secara elektronik dapat diinterpretasi secara
manual maupun secara numerik.
h.
Pengguna data
Keberhasilan
aplikasi penginderaan jauh terletak pada dapat diterima atau tidaknya hasil
penginderaan jauh itu oleh para pengguna data. Kerincian, keandalan, dan kesesuainnya
terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterima atau tidak diterimanya
data penginderaan jauh oleh para penggunanya.
3. Klasifikasi
Citra Penginderaan Jauh
Citra merupakan gambaran suatu gejala
atau objek hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optik,
elektrooptik maupun elektronik. Citra merupakan salah satu jenis data hasil
penginderaan jauh yang berupa data visual/gambar. Citra sering disebut dengan Image atau Imagery.
Citra penginderaan jauh dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto dan citra non
foto.
a.
Citra foto
Citra foto adalah gambaran yang
dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera.
1) Spektrum
Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
a)
Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat
dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
Gambar19. Foto udara ultraviolet
Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2010/02/spektrum-uv.jpg
b)
Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat
dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4
– 0,56 mikrometer).
Gambar 20. Foto udara Ortokromatik
Sumber:https://andimanwno.files.wordpress.com/2010/02/ortokromatik.jpg
c)
Foto pankromatik yaitu foto yang dengan
menggunakan spektrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu.
Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Pada umumnya digunakan
film sebagai negatif dan kertas sebagai positifnya. Wujudnya seperti pada foto,
tetapi bersifat tembus cahaya. Foto pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu
pankromatik hitam putih dan foto udara pankromatik berwarna.
Gambar 21. Foto Udara Pankromatik Berwarna
Sumber:https://andimanwno.files.wordpress.com/2010/02/ukuran-lapangan-21.jpg
Gambar 22. Pankromatik Hitam Putih
Sumber: http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/07/Gis-modul_5.pdf
d)
Foto infra merah yang terdiri dari foto
warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra
merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan
infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada
saluran merah dan saluran hijau.
Gambar 23. Foto Udara Infra merah asli
Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2010/02/spektrum-inframerah.gif
Gambar 24. Inframerah modifikasi
Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2010/02/inframerah-modifikasi.gif
2) Arah sumbu
kamera ke permukaan bumi.
Berdasarkan hal ini, foto udara
dapat dibedakan sebagai berikut.
a)
Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat
dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
Gambar 25. Foto Udara Vertikal
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ0XOMvs-0Qs332UQnQ2XPPgo1yREbE58hard72DxHFNx6fRN85w9mKOWjcGIt_-qiau-MNkiGLNXKODYSozp-kibCH-6tsdJ2hmRZXz-pfedAfX67vN3K58YhpFDoHvn2DKCTh9JoKEsj/s1600/url.jpg
b)
Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang
dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan
bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila
sudut condongnya masih berkisar antara 1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan
masih digolongkan sebagai foto vertikal.
Gambar 26. Foto Condong
Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2010/02/citra-foto-condong.jpg
3) Jenis kamera
yang digunakan
Berdasarkan jenis kamera yang
digunakan foto dapat dibedakan atas
a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat
dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu
lembar foto.
b) Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat
pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.
4) Warna yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan,
citra foto dapat dibedakan atas:
a)
Foto
berwarna semu (false colour).
Warna citra
pada foto tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohon-pohon yang berwarna
hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak berwarna
merah.
b)
Foto berwarna asli (true colour). Contoh:foto pankromatik berwarna.
5) Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis
citra, yakni:
1) Foto udara,
dibuat dari pesawat udara atau balon
2) Foto
satelit/orbital, dibuat dari satelit
b.
Citra
Non Foto
Citra non
foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera citra non foto
dibedakan atas:
1) Spektrum
elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra non foto
dibedakan atas:
a)
Citra infra merah thermal, yaitu citra
yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini
mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan
beda rona atau beda warnanya. Penginderaan jauh system infra merah termal
memanfaatkan pancaran suhu suatu benda. Semua benda memancarkan panas yang
disebabkan oleh gerak acak partikelnya.
Keunggulan
sistem penginderaan jauh tenaga termal ini adalah menghasilkan citra yang mampu
merekam wujud yang tak tampak oleh mata sehingga menjadi gambaran yang cukup
jelas. Misalnya kebocoran pipa gas bawah tanah, kebakaran tambang batu bara
bawah tanah, perbedaan suhu air, dan lain-lain. Kelemahan citra inframerah termal terletak pada aspek
geometrinya yang penyimpangannya lebih besar dari penyimpangan pada foto udara.
b)
Citra radar dan citra gelombang mikro,
yaitu citra yang dibuat dengan spectrum gelombang mikro. Citra radar merupakan
hasil penginderaan dengan sistem
aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro
dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
2) Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan,
citra non foto terdiri dari:
a)
Citra tunggal, yakni citra yang dibuat
dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
b)
Citra multispektral, yakni citra yang
dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:
•
Citra RBV (Return Beam Vidicon),
sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena
detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.
•
Citra MSS (Multi Spektral Scanner),
sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah
thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat
udara.
3) Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang
digunakan, citra non foto dibagi atas:
1)
Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra
radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
2)
Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa
atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni:
a)
Citra satelit untuk penginderaan planet.
Contoh: Citra satelit Viking (AS), Citra satelit Venera (Rusia).
b)
Citra satelit untuk penginderaan cuaca.
Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia).
c)
Citra satelit untuk penginderaan sumber
daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
4. Interpretasi Citra
a.
Pengertian
Interpretasi
Interpretasi
citra merupakan upaya mengkaji citra untuk mengidentifikasi ataupun mengenali
objek dan gejala, serta menilai arti pentingnya objek dan semua gejala yang
terekam. Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji,
mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti
penting dari objek tersebut.
b. Tahapan
Interpretasi
1) Deteksi
Deteksi
adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang tidak
tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek. Misalnya objek
berupa savana.
2) Identifikasi
Identifikasi
adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra yang dapat
dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor. Kegiatan ini sering disebut
pembacaan foto (photo reading). Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu
ciri spectral, ciri spasial dan ciri temporal
3) Analisis
Analisis
berarti proses untuk merujuk kelompok-kelompok objek yang mempunyai kekhususan
tersendiri. Identitas setiap objek ditentukan terlebih dahulu, kemudian
dikalsifikasi. Kegiatan dilanjutkan dengan penelaahan dan penguraian data hasil
identifikasi sehingga dapat dihasilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau peta
tematik.
4) Deduksi
Deduksi
merupakan proses yang didasarkan pada bukti-bukti yang mengarah pada satu
titik.
–
Setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya.
–
Objek yang sudah dikenali diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya.
–
Digambarkan
ke dalam peta kerja atau peta sementara.
–
Untuk menjaga ketelitian dan
kebenarannya dilakukan pengecekan medan (lapangan).
–
Interpretasi akhir adalah pengkajian
atas pola atau susunan keruangan (objek).
5)
Idealisasi
Idealisasi
merupakan pekerjaan kartograf, yaitu menyajikan hasil interpretasi citra
kedalam bentuk peta yang siap pakai.
a.
Unsur
Interpretasi Citra
Dalam
unsur interperatsi citra, ada 3 ciri utama yang dapat dikenali yaitu:
1) Ciri spektral
Yaitu
ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan objek.
Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna. Rona atau tone adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra.
Adapun faktor yang mempengaruhi rona adalah:
(1)
Karakteristik
objek (permukaan kasar atau halus).
(2)
Bahan
yang digunakan (jenis film yang digunakan).
(3)
Pemrosesan
emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup dan gelap).
(4)
Keadaan
cuaca (cerah/mendung).
(5)
Letak
objek (pada lintang rendah atau tinggi).
(6)
Waktu
pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau
Desember).
2) Ciri spasial
Ciri spasial adalah ciri yang
terkait dengan ruang yang meliputi:
(1)
Bentuk
Bentuk-bentuk
atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka
suatu objek. Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi
atau kerangka suatu objek (Lo, 1996).Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga
banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.
(2)
Ukuran
Ukuran
merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.
(3) Tekstur
Tekstur
adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang mengatakan bahwa
tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan sedang.
(4)
Pola
Pola
atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan
manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh:
Pola aliran trelis menandai struktur lipatan.
(5)
Bayangan
Bayangan
bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun
demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih
jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya
memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto
tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya
dilakukan pada tengah hari.
(6)
Situs
Situs
adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Situs juga
diartikan sebagai letak objek terhadap bentang darat, seperti situs suatu objek
di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Situs lain misalnya
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau
sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran
rendah, dan sebagainya.
(7)
Asosiasi
Asosiasi
adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Contoh:
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang), fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk
bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah
sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan
olah raga.
Contoh:
Gambar 27. Foto Udara
Sumber: https://andimanwno.wordpress.com/tag/inderaja/
Hasil interpretasi:
Objek | Rona | Warna | Bentuk | Ukuran | Tekstrur | Bayangan | Pola | Situs | Asosiasi |
Objek 1 | Cerah | Hijau | Tidak beraturan | – | Kasar | Tidak ada | TidakTeratur | Dataran rendah | Gedung |
Objek | gelap | Abu-abu | Huruf | – | halus | ada | Teratur | Dataran rendah | Jalan |
b.
Ciri Temporal
Ciri
temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman, misalnya;
rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak
gelap. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli
pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan menafsir
citra.
A. SISTEM
INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
1.
Pengertian SIG
Menurut
Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang memiliki
kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data,
manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis
data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output).
Hasil akhir (output) dapat dijadikan
acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
Berdasarkan
definisi di atas SIG dapat disimpulkan sebagai seperangkat peralatan yang
dipergunakan untuk mengoleksi, menyimpan, membuka, mentransformasi dan
menampilkan data spasial dari dari permukaan bumi, sebagai sebuah sistim
pangkalan data (database) yang sebagian besar datanya diindex secara spatial
dan dioperasikan dengan menggunakan seperangkat prosedur yang ditujukan untuk
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan data spasial, dan dipandang sebagai
seperangkat fungsi yang dapat digunakan oleh untuk menyimpan, menampilkan, dan
memanipulasi/ mengoreksi data geografis/spasial.
Menurut
BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) SIG sebagai
kumpulan yang terorganisisr dari perangkat keras komputer. Perangkat lunak,
data geografi dan personal yang didesai untuk memperoleh, menyimpan,
memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi
yang bereferensi geografi.
2.
Data SIG
Tahapan
SIG dapat dibedakan menjadi 4 tahapan utama, yaitu (1) pengumpulan data dan
input; (2) pengelolaan database; (3) analisis untuk mencapai tujuan pembangunan
data SIG; dan (4) pelaporan. SIG dapat dibangun dari berbagai jenis data, yaitu
berupa data peta analog, peta digital, data statistik, data hasil survai
lapangan, foto udara ataupun satelit.
3.
Subsistem SIG
Prahasta (2005) menjelaskan sub sistem SIG meliputi
hal-hal sebagai berikut.
a) Data input
Subsistem ini
bertugas untuk mengumpulkan data dan mempersiapkan data spasial dan atribut
dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam
mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format
yang bisa digunakan oleh SIG.
b) Data output
Subsitem ini
menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagaian basis data baik
dalam bentuk shoftcopy atau dalam
bentuk hardcopy, sperti tabel,
grafik, peta, dan lain-lain.
c) Data management
Subsistem ini
mengorganisasikan data spasial dan data atribut ke dalam sebuah basis data
sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di edit atau di update
d) Data manipulasi
dan anailisis
Subsistem ini
menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub
sistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
Sub sistem SIG tesebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 28: Subsistem- subsistem SIG (Prahasta, 2005)
Selanjutnya, jika sub
sistem diatas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses dan jenis
keluaran yang ada di dalamnya, maka sub sistem SIG dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 29: Uraian subsistem-subsistem SIG (Prahasta,
2005)
4.
Komponen
SIG
Menurut John
E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat beroperasi dengan
komponen- komponen sebagai berikut :
a. Orang yang menjalankan sistem meliputi
orang yang mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem.
Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis,
programmer, database administrator bahkan stakeholder.
b. Aplikasi merupakan prosedur yang
digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan,
klasifikasi, rotasi, koreksi geometri,
query, overlay, buffer, jointable, dsb.
c.
Data
yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut.
d. Software adalah perangkat lunak SIG
berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan,
pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial (contoh : ArcView, Idrisi,
ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll)
e. Hardware, perangkat keras yang
dibutuhkan untuk menjalankan sistem berupa perangkat komputer, printer,
scanner, digitizer, plotter dan perangkat pendukung lainnya.
5. Analisis SIG
Ada
beberapa teknik analisis dalam SIG yakni Buffering dan overlay.
a)
Buffering
Buffering
digunakan untuk membuat poligon baru berdasarkan jarak yang telah ditentukan
dari titik, garis atau poligon tertentu. Hal ini misalnya digunakan untuk
menentukan kawasan sempadan sungai, sempadan jalan, dan lain-lain.
b)
Overlay
Overlay di lakukan dengan cara
menggabungkan dua atau lebih data grafis untuk memperoleh data grafis baru yang
memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan). Jadi, dalam proses tumpang susun akan
diperoleh satuan pemetaan baru (unit baru). Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi dalam melakukan overlay, yaitu peta yang digunkan harus mempunyai
sistem koordinat yang sama.
5.
Manfaat
SIG
SIG memiliki manfaat
yang sangat luas diberbagai bidang, antara lain sebagai berikut.
a. Di bidang pertanian, SIG antara lain
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk usaha pertanian dan
perencanaan tataguna lahan.
b. Di bidang kebencanaan, SIG antara lain
dapat digunakan untuk menentukan daerah rawan bencana dan menentukan jalur
evakuasi jika terjadi bencana.
c. Di bidang ekonomi dan bisnis, SIG dapat
digunakan untuk menentukan pusat-pusat perbelanjaan, lokasi bank, lokasi pasar,
dan lokasi ATM.
d. Di bidang lingkungan, SIG antara lain
dapat digunakan untuk memantau pencemaran.
e. Di bidang kehutanan, SIG antara lain
dapat digunakan untuk pemantauan luas dan kondisi hutan.
f. Di bidang kepariwisataan, SIG antara
lain digunakan untuk inventarisasi daerah- daerah potensi wisata dan usaha pengembangannya.
g. Di bidang transportasi, Transportasi SIG
antara lain dapat digunakan untuk inventarisasi jaringantransportasi,
menentukan lokasi terminal, analisis rawan kemacetan dan kecelakaan, dan
manajemen transit perencanaan rute.
h. Di bidang pendidikan, SIG antara lain
dapat digunakan untuk menentukan lokasi gedung
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Shindu
P, Yashinto. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Wardiyatmoko. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta
: Erlangga
Sholichin, Muhammad. Aplikasi GIS:Remote Sensing untuk Cathment Area. Malang:Universitas Brawijaya (http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/07/Gis-modul_5.pdf diakses pada hari Selasa, 16 Juni 2021)
Hidayat, Andi, 2010. Guru Geografi MAN 1 GunungKidul DIY. https://andimanwno.wordpress.com/ diakses pada hari selasa, 16 Juni 2021
Lestari, Fitri Sekar. 2020. Modul Pembelajaran SMA Geografi. Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.