PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI
sehari- hari.
4.1 Menyajikan contoh penerapan pengetahuan dasar geografi
dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan.
A. Pengertian Geografi
waktu ke waktu seiring kemajuan pemikiran penelaahan manusia. Kata geografi
berasal dari geo yang artinya bumi,
dan graphein yang artinya gambaran.
Ungkapan itu pertama kali dikemukakan oleh Eratosthenes (276-194 SM) seorang
ilmuwan Yunani memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang berjudul
“Geographica”. Kata itu berakar dari geo yang
artinya bumi dan graphika yang
artinya lukisan atau tulisan. Eratosthenes berpendapat bahwa Bumi berbentuk bulat.
tentang geografi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
Generalis, ia mengatakan bahwa geografi adalah campuran dari matematika
yang membahas kondisi Bumi beserta bagian-bagiannya juga tentang benda-benda
langit lainnya. Ia membagi bidang kajian geografi menjadi dua, yaitu geografi
umum dan geografi khusus.
mencakup tiga bagian yaitu:
Terestrial, merupakan pengetahuan
tentang Bumi secara keseluruhan, bentuk, dan
ukurannya.
Astronomis, membicarakan hubungan
Bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu Kosmografi.
Komparatif, menyajikan deskripsi
lengkap mengenai Bumi, letak, dan tempat- tempat di permukaan Bumi.
Sedangkan geografi khusus mendeskripsikan tentang wilayah
yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a)
Atmosfer, yang secara khusus
membicarakan iklim.
b)
Litosfer, yang secara khusus
menelaah permukaan Bumi meliputi relief, vegetasi, dan fauna dari berbagai negeri.
c) Manusia, yang membicarakan keadaan
penduduk, perniagaan, dan pemerintahan dari berbagai negeri.
2)
Immanuel Kant (1724–1821)
Selain sebagai seorang geograf, Kant juga seorang filsuf.
Kant tertarik pada geografi karena menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat.
Semua gagasan Kant tentang hakikat geografi dapat ditemukan dalam buku
Physische Geographie yang ditulisnya. Menurutnya, geografi adalah ilmu yang
objek studinya adalah benda-benda, hal-hal atau gejala-gejala yang tersebar
dalam wilayah di permukaan Bumi.
3)
Alexander von Humboldt (1769–1859)
Pada mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik geografi
ketika ia mulai mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar
geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa dengan
geografi fisik. Ia menjelaskan bagaimana kaitan Bumi dengan Matahari dan
perilaku Bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca dan iklim di dunia, tipe-tipe
permukaan Bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan
hidrosfer dan biosfer.
4)
Bintarto (1977)
Bintarto mengemukakan, bahwa geografi
adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis
gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan
berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
5)
Daldjoeni
Menurut Daldjoeni geografi merupakan ilmu
pengetahuan yang mengajarkan manusia mencakup tiga hal pokok, yaitu spasial
(ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari
persebaran gejala baik yang alami maupun manusiawi di muka Bumi. Kemudian dalam
hal ekologi, geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah
sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
6)
Hasil Seminar Semarang (1988)
Seminar Lokakarya Ikatan Geograf Indonesia (IGI) di
Semarang sepakat bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau
kelingkungan dalam konteks keruangan.
B. Objek, Aspek dan Konsep Essensial Geografi
1. Objek Geografi
Objek
studi geografi terdiri dari objek material (subtansi materi yang dikaji) dan
objek formal (cara pandang dan berpikir terhadap fenomena). Objek material
geografi yakni fenomena geosfer (litosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer,
biosfer, dan antroposfer. Objek material geografi bisa menjadi objek kajian
ilmu-ilmu lain contohnya litosfer bisa menjadi objek kajian ilmu geologi,
petrografi, dan mineralogi tetapi yang membedakannya objek formal dari
masing-masing ilmu.
Objek formal geografi berupa pendekatan (cara/sudut
pandang) yang digunakan dalam memahami objek material. Dalam konteks itu
geografi memiliki sudut pandang spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain:
1) Sudut pandang keruangan
Melalui sudut pandang keruangan, objek formal ditinjau
dari segi nilai suatu tempat dari berbagai kepentingan. Dari hal ini kita bisa
mempelajari tentang letak, jarak, keterjangkauan (aksesibilitas), dan
sebagainya.
2) Sudut pandang kelingkungan
Sudut pandang ini diterapkan dengan cara mempelajari
suatu tempat dalam kaitannya dengan keadaan suatu tempat beserta komponen-
komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah. Komponen- komponen tersebut
terdiri atas komponen abiotik dan biotik.
3) Sudut pandang kewilayahan
Pada sudut pandang ini, objek formal dipelajari
kesamaan dan perbedaannya antarwilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
Dari sudut pandang ini kemudian muncul pewilayahan seperti kawasan gurun, yaitu
daerah-daerah yang mempunyai ciri- ciri serupa dalam komponen atmosfer.
Berdasarkan
cara pandang objek formal, maka muncullah enam pertanyaan pokok sebagai ciri
khas geografi yang dikenal dengan istilah 5W 1H, yaitu:
a. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
b. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
c. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung.
d. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam.
e. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan
terjadinya fenomena alam.
f. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam.
2. Aspek Geografi
Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lainnya dapat dilihat dari aspek geografi. Aspek geografi terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu aspek fisik dan aspek sosial.
a. Aspek Fisik
Aspek fisik geografi mengkaji segala fenomena geosfer yang
mempengaruhi kehidupan manusia, meliputi aspek kimiawi, biologis, astronomis
dan semua fenomena alam yang dapat diamati langsung. Contohnya sebagai berikut: aspek topologi (bentuk muka bumi (morfologi), letak atau lokasi sutua wilayah, luas dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri khas tertentu), aspek biotik (tumbuhan, hewan, manusia), dan aspek abiotik (kondisi tanah, hidrologi, atmosfer dari suatu wilayah.
b. Aspek Non Fisik/Sosial
Aspek sosial meliputi aspek antropologis, politis, ekonomis, dan
aspek yang berhubungan dengan aktivitas dan pola hidup manusia (kebudayaan).
Pada aspek sosial, manusia berperan sebagai fokus utama dari kajian geografi
dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku
manusia dengan lingkungannya. Contohnya unsur tradisi, adat- istiadat, komunitas,
kelompok masyarakat dan lembaga- lembaga sosial, pertanian, perkebunan, pertambangan,
industri, perdagangan, transportasi, pasar dan kegiatan ekonomi lainnya, unsur pendidikan, agama, bahasa dan
keseniaan, unsur kepemerintahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
3. Konsep Essensial Geografi
Pada
seminar dan lokakarya di IKIP Semarang tahun 1989 juga menyepakati 10 konsep
dasar geografi, yaitu:
1. Konsep Lokasi
Dalam
kajian geografi ada dua macam lokasi, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
Lokasi absolut menunjukkan letak suatu tempat/wilayah dipermukaan bumi yang
secara eksak dapat dipastikan dan tidak berubah, ditunjukkan oleh letak lintang
dan bujur (letak astronomis). Contoh: Indonesia terletak di 6°LU
– 11°LS sampai dengan 95°BT – 141°BT
Sedangkan
letak relatif merupakan letak suatu tempat/wilayah dikaitkan dengan wilayah
yang lain.Contoh: Kabupaten
Pasuruan
berada di antara Kabupaten
Probolinggo dan Kabupaten
Mojokerto.
2. Konsep jarak
Menurut
suharyono dan Amien (1994) menjelaskan bahwa jarak sebagai konsep geografi
mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut
Suhardjo (1988) menjelaskan ada tiga dimensi dalam ukuran jarak, yaitu (1)
jarak fisik/geometrik yang diukur dengan satuan panjang seperti kilometer, mil,
yard, dll; 2) jarak waktu dengan satuan ukuran jam, menit, hari, dsb; (3) jarak
ekonomi yang dihitung dengan ongkos/biaya alam rupiah.
Konsep
jarak di bagi menjadi dua yaitu, sebagai berikut:
-Jarak
absolut/Mutlak adalah jarak yang di hitung dengan hitungan panjang
Contoh:Jarak
dari Pasar Ngopak
ke SMA Syarif
Hidayatullah Grati sejauh 2 Km
-Jarak
relatif adalah jarak yang di hitung dengan lamanya waktu
Contoh:dari
Pasar Ngopak
ke SMA Syarif Hidayatullah
Grati
membutuhkan waktu 10
menit (tanpa hambatan)
3. Konsep keterjangkauan
Konsep
keterjangkauan berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi
yang dapat dipakai. Keterjangkauan tidak saja ditentukan oleh kondisi alam,
namun juga oleh perkembangan teknologi.
Contoh:
dari Pulau Bawean
untuk ke Surabaya
membutuhkan transportasi pesawat/kapal
4. Konsep pola
Pola
menggambarkan bentuk persebaran fenomena yang ada pada ruang di permukaan bumi,
baik yang bersifat alamiah maupun hasil karya manusia, contohnya pola aliran
sungai, pola persebaran penduduk, dll.
Contoh:
persebaran penduduk di daerah sungai akan mengikuti alur sungai
5. Konsep morfologi
Morfologi
atau bentuk muka bumi memiliki peranan penting antara lain berpengaruh terhadap
pola persebaran penduduk, aktivitas penduduk dalam pengelolaan lahan, dll.
Contoh:
Nongko Jajar
merupakan daerah dataran
tinggi di Kabupaten Pasuruan.
6. Konsep aglomerasi
Aglomerasi
merupakan kecenderungan pengelompokan suatu fenomena tertentu pada suatu
wilayah. Misalnya, pengelompokan industri, pengelompokan permukiman. Contoh : PIER merupakan daerah kawasan Industri di Kabupaten
Pasuruan.
7. Konsep nilai kegunaan
Nilai
kegunaan berkaitan dengan manfaat fenomena atau sumber daya alam tertentu yang
tidak selalu memberikan manfaat yang sama bagi penduduknya.
Contoh:
laut memiliki nilai kegunaan bagi para nelayan sebagi sumber penghasilan
8. Konsep interaksi/interdependensi
Adanya
interaksi bahkan interdependensi disebabkan tidak ada satu wilayah di permukaan
bumi yang bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Contoh
:
Pasar di kota membutuhkan
pasokan hasil pertanian (missal: sayuran dan buah-buahan) dari desa
9. Konsep deferensiasi areal
Konsep
ini timbul karena setiap wilayah memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan wilayah yang lain berupa fisik, sosial budaya, hasil interaksi antara
unsur alam dan manusia dalam suatu wilayah.
Contoh
:
a. Jenis
tanaman yang dibudidayakan
di
dataran tinggi cenderung
buah-buahan dan sayuran, akan berbeda dengan jenis tanaman di dataran
rendah misalnya padi
dan jagung.
b. Jenis
mata pencaharian penduduk, misalnya penduduk yang tinggal di daerah pantai
dominan bermata pencaharian
sebagai
nelayan, berbeda dengan penduduk yang tinggal di daerah rendah cenderung mata pencahariannya
petani.
10.
Konsep keterkaitan keruangan
Dalam suatu ruang tertentu terdapat keterkaitan antara satu fenomena dengan fenomena
lain yang bersifat alami atau sosial budaya.
Contoh:
Wilayah Kedawung
Kecamatan Grati sering digenangi banjir akibat hujan di wilayah Lumbang.
C.
Prinsip Geografi
1.
Prinsip penyebaran (Distribusi)
Fenomena
yang terdapat di geosfer baik unsur fisik maupun manusia tersebar tidak merata
di permukaan bumi.
Contoh:
–
Persebaran flora dan fauna di wilayah
Indonesia
–
Persebaran potensi air yang berbeda dari
satu tempat dengan tempat lainnya
–
Persebaran total penduduk transmigran di
Indonesia yang tidak merata
2.
Prinsip interelasi
Fenomena
yang terdapat di geosfer baik unsur fisik maupun manusia terdapat keterkaitan
antara satu dengan yang lain.
Contoh:
Terjadi fenomena banjir parah yang diakibatkan oleh penebangan hutan di wilayah
hulu. Fenomena ini menunjukaan adanya prinsip interelasi antara gejala sosial
dengan gejala fisik. Hubungan antara perbuatan manusia, yang berdampak pada
kerusakan alam yang terjadi.
3.
Prinsip deskripsi
Suatu
fenomena dideskripsikan melalui tulisan, tabel, gambar, peta, grafik, dan
lain-lain secara kualitatif maupun kuantitatif.
Contoh:
–
Tabel angka pengangguran di provinsi
Jawa Timur
–
Grafik peta lempeng tektonik di dunia
–
Peta wilayah lautan di kawasan Asia
Tenggara
–
Gambar persebaran curah hujan di
Indonesia
4.
Prinsip korologi
Prinsip
korologi merupakan gabungan dari ketiga prinsip diatas. Dalam prinsip ini
gejala dan permasalahan geografi
dianalisis persebarannya, interaksi dan interelasinya dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya.
Contoh:
Untuk mengkaji masalah banjir di suatu tempat harus
dikaji tentang sirkulasi curah hujan di Wilayah tersebut, lantaran mengapa terdapat
perbandingan curah hujan di berbagai wilayah dan akibat yang ditimbulkan dari
tingginya curah hujan di wilayah tersebut serta bagaimana daerah aliran sungainya.
D.
Pendekatan Geografi
Pendekatan
geografi dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan
ini merupakan suatu metode analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi
ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam
menjelaskan fenomena geosfer.
Dalam
mengaplikasikan pendekatan keruangan, seseorang tidak cukup hanya menyebutnya
saja, namun harus secara eksplisit dan jelas menyebutkan tema apa yang akan
dianut serta penjelasan mengenai operasionalisasi pendekatannya. Sembilan tema
analisis dalam pendekatan keruangan yang dikembangkan oleh disiplin geografi,
yaitu
a.
Analisis pola (spatial pattern
analysis)
Penekanan
utamanya pada sebaran elemen-elemen pembentuk ruang dengan menggunakan kalimat tanya 5W+1H (what,
where,when,why,who, and how).
b.
Analisis struktur keruangan (spatial
structure analysis)
Penekanannya
pada analisis susunan elemen-elemen pembentuk ruang yang dapat dikemukakan dari
fenomena fisikal maupun non fisikal. Tugas utama analisis struktur keruangan
yakni mengidentifikasi susunan keruangan kemudian dikaitkan dengan upaya untuk
menjawab pertanyaan geografi (5W +1H)
c.
Analisis proses keruangan (spatial
process analysis)
Penekanannya
pada proses keruangan yang biasanya divisualisasikan pada perubahan ruang.
d.
Analisis interaksi keruangan (spatial
interaction analysis)
Pada
analisis ini hubungan timbal balik antara ruang yang satu dengan yang lain
memiliki variasi yang sangat besar sehingga mengenali faktor pengontrol sangat
penting.
e.
Analisis organisasi dalam system keruangan (spatial
organization analysis)
Penekananya
pada keterkaitan antara kenampakan satu dengan yang lain secara individual,
tujuannya mengetahui elemen lingkungan yang berpengaruh terhadap elemen
pembentuk ruang.
f.
Analisis asosiasi keruangan (spatial
association analysis)
Bertujuan
untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan
pada suatu ruang.
g.
Analisis tendensi atau kecenderungan (spatial
tendency/trend analysis)
Penekanannya
pada upaya kecenderungan perubahan suatu gejala berdasarkan analisis yang
berbasis ruang dan waktu.
h.
Analisis pembandingan (spatial
comparison analysis)
Tujuannya
untuk mengetahui kelemahan atau kelebihan suatu ruang dibandingkan dengan ruang
yang lain
i.
Analisis sinergisme keruangan (spatial
sinergism analysis)
Bertujuan
untuk menganalisis sinergi antara suatu wilayah dengan yang lain
2. Pendekatan ekologikal/ kelingkungan
Pendekatan
ini mengacu pada kajian ecology. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya. Pendekatan ini
menekankan pada interelasi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan ini
mempunyai empat tema analisis utama,yaitu:
a.
Tema analisis interaksi antara perilaku
manusia-lingkungan
Analisis
ini fokus pada perilaku manusia, baik perilaku sosial, ekonomi, kultural, dan
perilaku politik yang dilakukan seseorang atau komunitas tertentu
b.
Tema analisis aktivitas
manusia-lingkungan
Analisis
ini menekankan pada keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan
sehingga kegiatan manusianya yang menjadi sentral.
c.
Tema analisis keterkaitan antara
kenampakan fisikan alami-elemen lingkungan
Contohnya
sebuah danau menunjukkan peningkatan polusi air yang mengakibatkan biota danau
mati, maka dapat menganalisis keterkaitan antara faktor internal dan eksternal.
d.
Tema analisis keterkaitan antara fisikal
buatan-lingkungan
Terdapat
permukiman mengalami genangan yang sebelumnya tidak pernah terjadi sehingga
menganalisis faktor internal dan eksternal yang memiliki keterkaitan.
Contohnya
dalam mengkaji suatu daerah permukiman maka yang ditinjau adalah bentuk
ekosistem hasil interaksi persebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan
alamnya.
Demikian
pula jika mengkaji daerah pertanian, perdagangan, industri, dan pariwisata.
3. Pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan
ini merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis.
Misalnya,
dalam mengkaji gempa bumi disuatu wilayah. Maka pertanyaan yang muncul adalah
mengapa diwilayah tersebut dapat terjadi gempa? Lalu, bagaimana persebaran
gejala dan masalah tersebut di permukaan bumi, dan faktor apa yang menjadi penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Shindu P,
Yashinto. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Wardiyatmoko. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Sekar Lestari, Fitri. 2020. Modul Geografi Kelas X KD 3.1 dan 4.1. Jakarta: Kementrian pendidikan dan Kebudayaan Direktorat SMA, Direktorat PAUD, Direktorat Dikdas dan Pendidikan Menengah.